“ Pada dasarnya seorang yang menjabat sebagai
pemimpin tidak otomatis menjadi pemimpin, karena menjadi pemimpin, karena
menjadi pimpinan sumber kewenangannya berbeda dengan sumber kewenangan pemimpin
“
Seorang yang menjadi pimpinan apapun sebutanya,
apakah kepala, komandan, gubernur, ketua dan lain sebagainya. kewenangannya
bersumber dari keputuan orang lain atau dari organisasi yang berkewenangan
memberikan kewenangan, hal ini termasuk ketua organisasi sosial politik dan
organisasi sosial lainya. Sebaliknya seorang pemimpin kewenangannya bersumber
dari pengakuan dari anggota atau pengikutnya. Oleh karena itu seorang yang
menjabat sebagai pimpinan masih memerlukan pengakuan dan dapat di terima oleh
anak buahnya apabilah seorang pimpinan tidak menyadari hal ini, maka iya akan
merasa puas dengan kewenangan yang
dimilikinya secara formal dan tidak berupaya untuk mempunyai kemampuan
dan kepribadian sebagai pemimpin. dengan lain perkataan ia hanya puas dengan
memiliki formal power dan tidak berupaya untuk mempunyai personal power.
Pada dasarnya seorang yang menjabat sebagai
pimpinan tidak otomatis menjadi pemimpin, karena menjadi pimpinan sumber
kewenangannya berbeda dengan sumber kewenangan pemimpin. Hal ini akan dibahas
dalam bab ini mulai dari membahas arti kepemimpinan dan pemimpin, membahas
potensi menjadi pemimpin, sampai membahas
teori kepemimpinan oleh karena itu pembahasan dalam bab ini mencakup hal
– hal berikut ini :
A.
Pengertian
kepemimpinan
B.
Teori
kepemimpinan
A.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN
Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan
dimulainya sejarah manusia, karena sejak manusia menyadari pentingnya hidup
berkelompok untuk mencapai
tujuanbersama, mereka membutuhkan seorang atau beberapa orang yang
mempunyai kelebihan – kelebihan dari pada yang lain, lepas dalam bentuk apa
kelompok apa kelompok manusia tersebut di bentuk. Hal ini tidak dapat di
ungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan – keterbatasan dan
kelebihan – kelebihan tertentu. Dalam suatu kelompok apakah kelompok itu
bersifat permanen ataupun suatu kelompok yang terpaksa di bentuk karena manusia
sedang menghadapi suatu kesulitan atau ancaman, maka disitu dibutuhkan
pemimpin. Orang –orang yang berkelompok tersebut mulai membutuhkan seseorang
yang mempunyai kelebihan dengan harapan orang tersebut dapat menuntun anggota
kelompok untuk memecahkan masalahnya, maka dalam kelompok itu timbullah
kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.
Kepemimipinan dapat di artikan sebagai kemampuan
seseorang utnutk mempengaruhi perilaku orang lain, sedangkan pemimpin adalah
orang yang diakui dan di terima oleh orang lain atau oleh kelompok sebagai
pribadi yang mempunyai kemampuan tersebut. Secara singakat dapat dikatakan
kepemimipnan menunjukan kemampuan atau kepribadian seseorang, sedangkan
pemimpin menujukan figur seseorang yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain
atau anggotanya.
Warren bennis (1989 : xviii) menyatakan bahwa
sampai tingkat tertentu, kepemimpinan bagaikan kecantikan sulit didefinisikan
tetapi itu dapat anda ketahui bila anda melihatnya. Pendapat warren bennis di
atas dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa jika seseorang yang mengaku dirinya
sebagai seorang pemimipin dikarenakan ia mempunyai wewenang yang sah, padahal
kepribadiannya sebagai pemimpin tidak diakui dan diterima oleh orang lain, maka
sama halnya dengan seseorangyang mengaku
dirinya cantik, walaupun orang lain menganggap ia tidak cantik
kesimpulanya bahwa seseorang sulit mengaku dirinya memiliki kepemimpinan, atau
mengaku sebagai pemimpin karena kepemimpinan yang ia miliki hanya dapat dilihat
dan dirasakan oleh orang lain, orang lain yang menerima ia dan mengakuinya
sebagai seorang pemimipin. Sebaliknya seseorang sangat mudah mengaku dirinya
sebagai pimpinan, oleh karena ada dasar
hukum yang dapat ditunjukkan kepada orang lain dan dapat menampilkan
kewenangan yang ia miliki.
1. DEFINISI
KEPEMIMPINAN
Masing – masing pakar dan peneliti memberikan arti
atau definisi tentang kepemimpinan itu bermacam – macam, walaupun masing –
masing tidak berbeda secara prinsip. Demikian pula mengenai ciri – ciri dan
syarat – syarat untuk menjadi pemimpin, masing – masing pakar juga mengemukakan
ciri – ciri dan syarat – syarat pemimipin yang berbeda – beda. Salah satu
diantaranya adalah ord way tead ( LAN 1985 : 22 ) memberi arti kepemimipinan
sebagai “ kemampuan untuk mempengaruhi orang – orang untuk bekerja sama kearah
berbagai tujuan yang sama – sama mereka inginkan “ .
Agak mirip dengan perumusan ord way tead diatas,
georg R terry, ( terjemahan Winardi 1977 : 343) memberikan perumusan bahwa
kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi
pihak lain untuk bekerja sama secara sukarela dalam usaha mengerjakan tugas –
tugasyang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin
tersebut. Sedangkan Robert tannenbaum dan fred massarik ( LAN , 1985 : 22)
mengatakan bahwa kepemimpinan selalu bersangkutan dengan usaha – usaha pada
pihak seorang yang mempengaruhi ( influencer) untuk mempengaruhi seorang
pengikut yang dipengaruhi ( influencee ) atau pengikut – pengikut dalam suatu
situasi para pakar dalam memberikan pengertian kepemimpinan semuanya menitik
beratkan pada prihal kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain atau orang –
orang lain. Lebih tegas lagi pernyataan PFIFFINER dan SHERWOOD (LAN 1985 :23
) bahwa “ seorang yang tidak mempunyai
pengaruh mungkin menjadi seorang kepala suatu organisasi ia menjadi seorang
pemimpin apabilah ia dapat mempunyai pengaruh “.
Berbicara tentang kepemimpinan dan pemimpin lebih
banyak menyoroti tentang kemampauan dan kepribadian seseorang dari pada
menyoroti wewenang dan kedudukan seseorang. Oleh karena membicvarakan tentang
kepemimpinan tidak selalu terkain dengan kedudukan. Bisa terjadi seorang yang
tidak menduduki jabatan apapapun, tetapai mempunyai kemampuan m empengaruhi
prilaku suatu kelompok. Sebaliknya tidak jarang tejadi seorang yang menduduki
jabatan pimpinan tetapi tidak mampu mempengaruhi perilaku anak buahnya, ia
hanya mengandalkan kewenanganya dalam menggerakan anak buahnya. Pada hakikatnya
bicara tentang kepemimpinan lebih cenderung untuk mengatakan ciri kepribadian
seseorang, hal ini sesuai dengan kenyataan millet ( LAN 1985 : 23) yang
mengatakan bahwa “ kualifikasi kepribadian dalam kepemimpinan merupakan faktor
yang sangat vital”.
Kepribadian dan kemampuan ini justru yang
membedakan antara pemimpin dengan orang atau orang – orang yang dipimpin.
Sekelompok manusia yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu atau menghadapi
suatu masalah, akan membutuhkan seorang yang kemampuan dan kepribadianya melebihi
yang lain, sehingga ia dapat mempengaruhi anggota kelompok itu bagaimana mereka
dapat mencapai tujuan atau dapat memecahkan masalahnya. Demikian halnya
apabilah dalam suatu kelompok terjadi suatu konflik, mereka tidak akan
menyelesainkan konflik itu selama diantara mereka tidak ada seorang atau
beberapa orang yang mempunyai kelebihan – kelebihan baik dalam hal kemapuan
ataupun kepribadian.
Jadi kepemimpinan diperlukan dalam segala penataa
kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan. Dari uraian – uraian yang
dapat di sebutkan diatas dapat dirumuskan secara sederhana bahwa kepemimpinan
adalah “ kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku atau orang – orang
lain, sehingga orang atau orang lain tersebut mau mengikuti kehendaknya dengan sadar,
rela dan sepenuh hati “.
Tentang efektivitas kepemimpinan warren dennis (
1989), menyatakan bahwa menjadi pemimpin efektif didasarkan atas asumsi bahwa
para pemimpin adalah orang – orang yang mampu mengekspresikan diri sepenuhnya
maksudnya dengan mengekspresikan diri itu mereka mengetahui siapa mereka itu,
apa kekuatan dan kelemahan mereka, dan bagaimana cara memanfaatkan sepenuhnya
kekuatan mereka dan bagaimana cara memanfaatkan sepenuhnya kekuatan mereka dan
mengimbangi kekuatan mereka jadi kunci untuk ekspresi diri ialah pengertian
tentang diri sendiri dan dunia, dan kunci untuk keberhasilan ialah belajar dari
kehidupan dan pengalaman pribadi.
B.
TEORI
KEPEMIMPINAN
Berikut ini ada beberapa teori dalam mendukung
tentang kepemimpinan dan penulis sementara membatasinya dengan satu teori sifat
saja walaupun masih banyak teori dalam mendukung kepemimpinan.
1.
Teori sifat
Kondisi fisik seseorang juga menentukan
efektivitas kepemimpinan. Penelitian waktu itu mememang lebih memusatkan
perhatianya pada figur pemimpin, seperti yang di kemukaka oleh gibson (1982).
Penelitian juga di tujukan untuk mengidentifikasi ciri – ciri tertentu dari
seorangpemimpin seperti kecerdasan, kestabilan emosi dan lain –lain yang
bersifat baik.
Didasari oleh pendapat bahwa seorang dapat menjadi
pemimpin tidak semata – mata karena bawaan dari lahir tetapi ada faktor –
faktor lain yang membuat ia di terima pengaruhnya oleh kelompok maka penelitian
ditujukan untuk mempelajari sifat – sifat umum yang di punyai oleh seorang
pemimpin . miftah thoha (1994) menyatakan bahwa penelitian pada saat itu
bepusat pada sifat – sifat seperti fisik, mental dan kepribadian tetapi hasinya
tidak memuaskan. Diantara sifat – sifat yang diteliti yang paling banyak
ditemukan oleh para peneliti adalah kecerdasan.
Pendapat chris argyris yang di kemukankan oleh
gibson (1982) menyatakan bahwa kewaspadaan, ketulusan, percaya diri dan lain –
lain berpengaruh terhadap kepemimpinan yang demikian dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan yang efektif berbeda dengan kekuasaan atau kewenangan yang sah
yang sangat tergantung pada tingkat jabatan seseorang dalam organisasi.
Kondisi fisik termasuk pula menjadi perhatian para
peneliti, bahkan ada yang mengaitkan postur badan dengan kepemimpinan yang
efektif tetapi gibson mengemukakan bahwa mengaitkan tubuh yang besar dengan
kepemimpinan menunjukan bahwa kepemimpinan dikaitkan dengan kekuasaan memaksa
ditakuti karena organisasi memerlukan pemimpinan yang bertubuh besar supaya
ditakuti anak buah.
Untuk memperkut pendapat ini, sebagai contoh
napoleon, mahatmagandhi, dan henry truman, dunia mengakui mereka sebagai
pemimpin walaupun postur tubuh mereka kecil. Miftah thoha (1994) mengemukakan
hasih penemuan keith davis yang merumuskan empat sifat umum yang mempeunyai
pengaruh terhadap kemimpinan yang efektif. Keempat sifat tersebut adalah
kecardasan, kedewasaan, motivasi diri dan hubungan antar manusia terhadap
penemuan keith davis tersebut penulis
berpendapat bahwa penemuan tersebut lebih relevan dalam hubunganya
dengan kepemimpinannya yang efektif, di bandingkan dengan penemuan–penemuan
yang lain seperti postur tubuh, ketulusan dan laian – lain sifat seperti telah
dikemukakan sebelumnya.
Pertama tentang kecerdasan, pemimpin memang
dituntut mempunyai kecerdasan adapun sampai berapa tingginya kecerdasan itu
relatif, tergantung pada kebutuhan kelompok atau organisasi yang dipimpinnya
dengan tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dari pada anak buah atau pengikut
ia akan lebih cepat dalam mengambil keputusan dan lebih tepat persepsinya
terhadap masalah yang di hadapi kalau ia mempuanyai kecerdasdan yang tinggi
walaupun tidak menguasai secara teknis ia mampu menilai masalah yang dihadapi
dan dapat menggunakan logikanya untuk mencari pemecahan yang logik. Sebaliknya
apabila pemimpin tingkat kecerdasanya lebih rendah dari pada tingkat kecerdasan
rata – rata anak buah, maka akan berakibat kehilangan wibawa terhadap anak
buah.
Kedua tentang kedewasaan pemimpin yang tidak
stabil emosinya akan sangat berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinanya.
Pemimpin dituntut mempunyai ketegaran emosi dan dapat tetap tenang dan tidak
kehilangan akal apabilah menghadapi situasi yang kritis. Pemimpin harus dapat
menjadi pelindung dan menjadi panutan bagi anggota kelompoknya apabilah ia
mudah bergejolak emosinya maka akan meresakan anggota kelompok. Sikap tidak
dewasa pemimpin dapat tercermin dalam berbagai macam sikap seperti mudah marah,
mudah putus asa, mudah tersinggung perasaanya bahkan yang paling tidak di
harapkan adalah apabilah pemimpin mudah frustasi dalam mengahadpi tekanan -
tekanan.
Ketiga tentang motifasi diri, seorang pemimpin di
tuntut mempunyai motivasi diri artinya ia harus lebih bersemangat lebih
mempunyai keterikatan pada tugas dan pada organisasi yang ia pimpin pemimpin
harus memberi teladan kepada anggota kelompoknya, apabila ia sendiri tidak
mempunyai motivasi diri bagaimana ia berhasil menggerakan anggotanya.
Keempat tentang hubungan antar manusia, pemimpin
selalu diharapkan dapat memberi kepuasan kepada anggota kelompoknya agar
terjadi hubungan baik diantara pemimpin dan anggota kelompoknya demikian pula
pemimpin yang memahami kebutuhan dan potnsi anggota kelompoknya akan mampu
mengadakan pendekatan yang tepat yang pada giliranya akan di akui
kepemimpinannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar